17 Puisi Singkat tentang Ayah Menyentuh Hati, Puitis dan Penuh Kasih Sayang

17 Puisi Singkat tentang Ayah Menyentuh Hati, Puitis dan Penuh Kasih Sayang

 

Puisi tentang ayah dapat menjadi hadiah yang berkesan untuk mengungkapkan kasih sayang anak pada orang tuanya. Rangkaian kata di dalam puisi tentang ayah mewakili ungkapan perasaan dan kasih sayang kepada sosok yang telah berjasa besar dalam kehidupan anaknya.
Namun dalam menulis sebuah puisi tentang ayah, seringkali kita merasa kesulitan. Bunda kini tak perlu bingung, kini sudah banyak tersedia beragam puisi tentang ayah yang menginspirasi dan menyentuh hati.

Kumpulan puisi tentang ayah berikut ini dapat Bunda jadikan contoh dan referensi untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang pada ayah tercinta lho! Simak selengkapnya berikut ini ya, Bunda.

Baca Juga : https://www.memefloristbali.com/

1. Puisi tentang Ayah karya Layli Qibtiah
Inspirasi puisi tentang ayah berikut ini merupakan karya dari Layli Qibtiah dalam buku Kumpulan Puisi Siswa/i Bertema Ibu Ayah (2019).

Ayah

Ayah….

Engkau pahlawan hidupku

Engkau bekerja keras demi keluarga

Engkau terkena hujan dan panas

Ayah…

Engkau selalu ada untukku

Engkau selalu ada untuk ibu

Engkau selalu ada untuk keluarga

 

Ayah…

Pahlawanku…

Ayahku…

Pedomanku…

 

Ayah…

Engkau selalu baik

Engkau selalu bekerja keras

Terima kasih ayah…

2. Puisi Ayah pahlawan keluarga karya Firdarisma
Puisi Ayah yang menceritakan sosoknya sebagai pahlawan keluarga karya Firdarisma berikut ini dikutip dari Antologi Puisi Part 2 (2022).

Ayah

Ayah…

Ayah adalah pahlawan keluarga

Ayah tak kenal lelah dan tak pernah mengeluh

Demi keluarga Ayah tetap bertahan dan bersabar

 

Ayah…

Ayah adalah pemimpin keluarga

Di dalam keluarga kecil ini

Ayah memimpin keluarga ini

Untuk menjadi keluarga yang sejahtera

 

Ayah…

Aku berterima kasih

Atas pengorbananmu Ayah

Hanya doa yang bisa kubalaskan

Atas perjuanganmu Ayah

3. Puisi ayah, pahlawan hidupku karya Amelia Zelianti
Berikut puisi ayah karya Amelia Zelianti dalam buku Harga Rasa (Antologi Puisi).

Ayah, Pahlawan Hidupku
Ayah

Menguras keringat demi mencari nafkah

Untuk diriku yang masih kecil ini ayah

Menjagaku dan mengajariku arti kehidupan

 

Sang pahlawan hidupku

Melindungiku dari terpaan badai apapun

Rela menyembunyikan luka di hatinya

Ayah selalu memberi kebahagiaan

 

Ayah rela melakukan segalanya demi diriku

Ayah sanggup berkorban untuk langkah hidupku

Selalu menemani dan memberiku kekuatan

Ayah selalu ada di sampingku selamanya

 

Ayah jasamu akan kukekang di hati dan jiwaku

Ayahlah pahlawan hidupku

yang selalu berkorban dan menjaga setiap detik

4. Puisi Ayah singkat
Puisi singkat tentang ayah berikut merupakan karya dari Natasha Aulia dalam buku Kumpulan Puisi Siswa/i Bertema Ibu Ayah (2019).

Ayah

Ayah…

Engkau pahlawan hidupku

Engkau bekerja keras demi keluarga

Engkau terkena hujan dan panas

 

Ayah…

Pahlawanku…

Ayahku…

Pedomanku…

 

Ayah…

Engkau selalu baik

Engkau selalu bekerja keras

Terima kasih ayah…

5. Puisi tentang Ayah yang telah tiada
Puisi berjudul Ayah berikut merupakan karya dari Natasya Farhatunnisa dalam buku Kumpulan Puisi Siswa/i Bertema Ibu Ayah (2019) tentang ayah yang sudah tiada.

Ayah

Senja surya mengulas hidup

Kini rentan termakan usia

Kuhanya bisa mengenang

Segala yang ayah perbuat

 

Wujudku tak tercapai

Citaku tak tercapai

Karena renta…

Termakan usia ayah

 

Hilang angan dan harapanku

Ingin marah tapi…

Bagaimana dengan takdir

Yang bertentangan dengan keinginanku

6. Puisi menyentuh hati tentang ayah
Berikut contoh puisi menyentuh hati tentang ayah karya Nurbilkis dalam buku Kumpulan Puisi Siswa/i Bertema Ibu Ayah (2019).

Ayah

Ayah…

Engkaulah pahlawanku

Engkaulah penyemangat hidupku

Engkaulah motivasiku…

 

Ayah…

Engkaulah yang menafkahi keluarga…

Engkaulah yang membiayai aku sekolah

Engkaulah yang memberiku uang jajan

 

Ayah…

Engkaulah yang menjaga dari mara bahaya

Tanpa engkau aku tak mungkin bisa secerdas ini

Tanpa engkau aku tak mungkin bisa sepintar ini

 

Ayah… Terima kasih untuk semuanya…

Untuk semua yang engkau berikan kepadaku…

Terima kasih ayah…

7. Puisi untuk ayah yang hebat
Puisi berjudul Ayah sebagai ungkapan sayang untuk ayah yang hebat karya Syifa Husnia Zahra dalam buku Kumpulan Puisi Siswa/i Bertema Ibu Ayah (2019).

Ayah

Yang mengumandangkan azan di telinga kecilku

Yang hingga saat ini aku bisa mendengar suara

Menungguku hingga letihnya badan

 

Mengajariku bagaimana caranya berjalan

Hingga saat ini aku bisa berjalan

Mengajariku bagaimana caranya berbicara

Hingga saat ini aku fasih berbicara

8. Puisi terima kasih ayah karya Rahil Yusfiah
Puisi berikut sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada ayah karya Rahil Yusfiah dalam buku Kumpulan Puisi Siswa/i Bertema Ibu Ayah (2019).

Ayah

Terima kasih Ayah…

Kau yang sudah menafkahi keluarga kami

Kau yang sudah kerja keras untuk kami

Kau bagaikan pahlawan untuk kami

 

Aku sayang padamu ayah

Kau akan selalu kukenang

Kalau aku melakukan kesalahan

Kau selalu mengingatku

Untuk tidak melakukannya lagi

 

Terima kasih atas pengorbananmu ayah

Aku sangat bangga padamu

Aku selalu tegar dan tangguh

Untuk keluarga kami

 

Maafkan aku Ayah

Aku yang pernah membantahmu

Aku yang selalu keras kepala

Tapi kau selalu memaafkanmu

9. Puisi untuk Ayah karya Pramoedya Ananta Toer
Berikut puisi terkenal berjudul Puisi untuk Ayah karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer.

Puisi untuk Ayah

Sebenarnya, aku ingin kembali.

Pulang ke teduh matamu. Berenang di kolam yang kau beri nama rindu.

Aku, ingin kembali.

Pulang menghitung buah mangga yang ranum di halaman. Memetik tomat di belakang rumah nenek.

Tapi jalanan yang jauh, cita-cita yang panjang tak mengizinkanku. Menggaruk-garuk bantal saat aku bermimpi.

Aku ingin kembali ke rumah, Ayah.

Tapi nasib memanggilku.

Seekor kuda sembrani datang, menculikku dari alam mimpi. Membawaku terbang melintasi waktu dan dimensi kata-kata.

Aku menyebut pulang, tapi ia selalu menolaknya. Aku menyebut rumah, tapi ia bilang tak pernah ada rumah. Aku sebut kampung halaman, ia bilang kampung halaman tak pernah ada.

Maka aku menungganginya.

Maka aku menungganginya.

Menyusuri hutan-hutan jati. Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya. Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa.

Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota. Mencipta banjir dari genangan air mata.

Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota. Mencipta banjir dari genangan air mata.

Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata, mata mereka menyeret banjir.

Kota yang tua telah lelah menggigil, sudah lupa bagaimana bermimpi dan bangun pagi. Hujan ingin bercerai dengan banjir. Tapi kota yang pikun membuatnya bagai cinta sejati dua anak manusia.

Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya. Orang-orang datang ke pasar malam, satu per satu, seperti katamu berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya raya.

Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia, sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia.

Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya. Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh. Yang tertinggal jarak itu juga-abadi. Di depan sana ufuk yang itu juga-abadi. Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukkan dan menggenggamnya dengan tangan-jarak dan ufuk abadi itu.

10. Perjamuan Petang karya Joko Pinurbo
Joko Pinurbo menulis puisi tentang ayah yang berjudul Perjamuan Petang dalam bukunya Perjamuan Khong Guan (2020).

Perjamuan Petang

Dua puluh tahun yang lalu ia dilepas ayahnya

di gerbang depan rumahnya.

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.

Jangan pulang sebelum benar-benar jadi orang.”

 

Dua puluh tahun yang lalu ia tak punya celana

yang cukup pantas untuk dipakai ke kota.

Terpaksa ia pakai celana ayahnya.

Memang agak kedodoran, tapi cukup keren juga.

“Selamat jalan. Hati-hati, jangan sampai

celanaku hilang.”

 

Senja makin menumpuk di atas meja.

Senja yang merah tua.

Ibunya sering menangis memikirkan nasibnya.

Ayahnya suka menggerutu,

“Kembalikan dong celanaku!”

 

Haha, si bangsat akhirnya datang.

Datang di akhir petang bersama buku-buku

yang ditulisnya di perantauan.

Ibunya segera membimbingnya ke meja perjamuan.

 

“Kenalkan, ini jagoanku.” Ia tersipu-sipu.

Saudara-saudaranya mencoba menahan tangis

melihat kepalanya berambutkan gerimis.

“Hai, ubanmu subur berkat puisi?” Ia tertawa geli.

 

Di atas meja perjamuan jenazah ayahnya

telentang tenang berselimutkan mambang.

Daun-daun kalender beterbangan.

“Ayah berpesan apa?” Ia terbata-bata.

“Ayahmu cuma sempat bilang, kalau mati ia ingin

mengenakan celana kesayangannya:

celana yang dulu kaupakai itu.”

 

Diciumnya jidat ayahnya sepenuh kenangan.

Tubuh yang tak butuh lagi celana adalah sakramen.

Celana yang tak kembali adalah testamen.

“Yah, maafkan aku. Celanamu terselip

di tetumpukan kata-kataku.”

11. Sebuah Kamar karya Chairil Anwar
Puisi terkenal tentang ayah berikut berjudul Sebuah Kamar yang merupakan karya dari penyair terkenal Chairil Anwar.

Sebuah Kamar

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini

pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam

mau lebih banyak tahu.

“Sudah lima anak bernyawa di sini,

‘Aku salah satu !”

 

Ibuku tertidur dalam tersedu,

Keramaian penjara sepi selalu,

Bapakku sendiri terbaring jemu

Matanya menatap orang tersalib di batu!

 

Sekeliling dunia bunuh diri!

Aku minta adik lagi pada

Ibu dan bapakku, karena mereka berada

di luar hitungan: Kamar begini,

3 X 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa

12. Puisi untuk ayah dan ibu
Puisi untuk diberikan kepada ayah dan ibu karya Sri Damayanti yang berjudul Untuk Ayah dan Ibu dalam bukunya Kumpulan Puisi (2022).

Untuk Ayah dan Ibu

Ayah Ibu…

Terima kasih atas kasih sayangmu

Ayah Ibu…

Kau orang pertama yang tidak pernah menyakiti putrimu

Kau rawat putrimu dengan lembut

Kau rawat putrimu dengan setulus jiwa

Kau perlakukan putrimu lebih dari sebuah Mutiara

Ayah Ibu…

Hari ini putrimu rindu semua prilakumu

 

Di saat putrimu ini menemukan pengganti kalian yang tepat dalam hidup

Dan berharap bisa menemani seumur hidup

Ternyata ini sebuah perjuangan yang penuh dengan tantangan

Dan ternyata putrimu tak bisa melakukan itu semua

Tanpa bantuanmu Ayah Ibu…

 

Di saat putrimu kesulitan kalian hadir memberikan bantuan

Mencoba menguatkan hati yang sedang kacau

Dan kau terus memberikan semangat dan mengatakan,

Kalau semua akan baik-baik

 

Semua, pengorbanan apapun rela kau lakukan

Demi melihat putrimu bahagia bersamanya

Terima kasih Ayah Ibu…

Doakanlah kebaikan selalu menyertai dalam setiap langkah yang putrimu lalui…

17 Puisi Singkat tentang Ayah Menyentuh Hati, Puitis dan Penuh Kasih Sayang

13. Puisi untuk ayah disertai doa tulus
Puisi untuk diberikan kepada ayah dan ibu karya Sri Damayanti yang berjudul Ayah dalam bukunya Kumpulan Puisi (2022).

Ayah

Kau adalah sosok yang bijaksana

Kau adalah sosok yang tegas

Kau adalah sosok yang tegar

Kau adalah sosok yang tangguh

Dan kini…

Rembutmu telah memutih

Tulang pipimu telah menonjol

Bahumu telah membungkuk

Keningmu telah berkerut

Langkah kakimu semakin gontai

 

Tapi kami anak-anakmu tak peduli usiamu yang kau sandang sekarang

Kami anak-anakmu selalu mengenang setiap tetes peluhmu

Kan kami pahat tiap-tiap letih langkahmu

Di dalam bingkai lukisan terindah, jalan hidupmu

 

Ayah…

Ijinkan aku bersandar di bahumu

Meski aku sudah tak kecil lagi

Untuk merasakan damai

Untuk merasakan teduh

Untuk merasakan terang

Yang selalu kau sajikan untuk anak-anakmu

 

Dan aku mohon, aku selalu kecil agar kau tak menua

Desah nafasmu agar tak terdengar berat

Detak jantungmu agar selalu penuh semangat

Aku mohon kau selalu ada bersama kami

Tak tertolakkan kau adalah idol kami anak-anakmu

 

Ayah…

Aku mencintaimu

Tapi aku tak tahu bagaimana mengucapkannya

Ayah…

Aku menyayangimu

Tapi aku tidak tahu bagaimana menunjukkannya

Di dalam diamku, aku hanya bisa berdoa

Semoga ayah selalu sehat dan bahagia…

14. Puisi tentang ayah yang telah tiada
Berikut puisi Ayah tentang ayah yang sudah tiada karya Osa dalam buku Antologi Puisi: Si Aku yang Benda Mati (2020).

Ayah

Ayah, belum sempat kucuci bekas lukamu

Belum sempat kuseka peluh di keningmu

Juga belum sempat aku tau bagaimana kerasnya engkau menghidupi kami pada saat itu

Yang kutau hanya aku gadis kecilmu yang selalu mengharapkan hadiah saat engkau pulang

 

Waktu ayah sedang sakit-sakitnya

Sungguh aku tidak tau bagaimana rasanya

Saat ayah sudah terbaring di bawah tabir hijau

Kupikir ayah hanya istirahat sebentar

Keitka ayah dibawa ke liang lahat

Kupikir ayah akan kembali esok atau lusa

 

Lambat laun

Setelah bertahun-tahun

Aku sadar bahwa ayah tidak akan pernah kembali

Seiring bertambahnya usiaku semakin aku mengerti

Bahwa pergimu untuk alam yang lebih berarti

Semoga Allah mempertemukan kita di syurga-Nya nanti

15. Puisi Sosok Lelaki Terhebat
Puisi berikut menceritakan ayah sebagai sosok lelaki terhebat karya Osa dalam buku Antologi Puisi: Si Aku yang Benda Mati (2020).

Sosok Lelaki Terhebat

Banyak puisi tentang ayah

Tapi itu ayah mereka

Ini ayahku

Ayah dari sembilan bersaudara

 

Ayah yang sudah pergi mencari rezeki sebelum mataku terbit di pagi hari

Kudengar bising mesin perahunya jauh sebelum matahari menampakkan tubuhnya

Lalu kembali saat ikan-ikan di atas sampannya sudah cukup

Cukup untuk dijual demi mengisi perut-perut kecil kami

 

Teriknya matahari tak melunturkan semangatnya

Derasnya hujan ia tetap bertahan di lautan

Kencangnya angin tak menjatuhkan tanggung jawabnya

Ayah, engkau adalah sosok lelaki terhebat

16. Puisi: Pesan dari Ayah karya Joko Pinurbo
Puisi karya penyair terkenal Joko Pinurbo yang berjudul Pesan dari Ayah dalam bukunya yang berjudul Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016).

Pesan dari Ayah

Datang menjelang petang, aku tercengang melihat

Ayah sedang berduaan dengan telepon genggam

di bawah pohon sawo di belakang rumah.

Ibu yang membelikan Ayah telepon genggam

sebab Ibu tak tahan melihat kekasihnya kesepian.

 

“Jangan ganggu suamiku,” Ibu cepat-cepat meraih tanganku.

“Sudah dua hari ayahmu belajar

menulis dan mengirim pesan untuk Ibu.

Kasihan dia, sepanjang hidup berjuang melulu.”

 

Ketika pamit hendak kembali ke Jakarta,

aku sempat mohon kepada Ayah dan Bunda

agar sering-sering telepon atau kirim pesan, sekadar

mengabarkan keadaan, supaya pikiranku tenang.

 

Ayah memenuhi janjinya. Pada suatu tengah-malam

telepon genggamku terkejut mendapat kiriman

pesan dari Ayah, bunyinya: “Sepi makin modern.”

 

Langsung kubalas: “Lagi ngapain?” Disambung:

“Lagi berduaan dengan ibumu di bawah pohon sawo

di belakang rumah. Bertiga dengan bulan.

Berempat dengan telepon genggam. Balas!”

 

Kubalas dengan ingatan: di bawah pohon sawo itu

puisi pertamaku lahir. Di sana aku belajar menulis

hingga jauh malam sampai tertidur kedinginan,

lalu Ayah membopong tubuhku yang masih lugu

dan membaringkannya di ranjang Ibu.

17. Puisi Ayah karya Supiani
Puisi berjudul Ayah berikut karya Supiani dalam buku Kumpulan Puisi Cinta (2020).

Ayah
Ayah…

Tadi pagi

Ketika aku, anakmu melangkah ke sekolah

Aku berpamitan,

Bersalaman,

Kulihat betapa bahagianya hatimu

 

Ayah…

Kau antar aku sampai ke pintu

Lambaian tanganmu tiada henti

Hingga aku benar-benar jauh

 

Ayah…

Setelah itu engkau turun

Pergi mengais rezeki

Tak peduli panas mau pun hujan

 

Ayah…

Dari tangan kekarmu

Engkau beri kami sesuap nasi

Dengan cucuran peluhmu

Kaupenuhi tanggung jawabmu

 

Ayah…

Tanggung jawabmu amat berat

Ayah…

Maafkan aku jika aku salah

 

Ayah…

Engkau memang tegar

Dalam menjalankan hidup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *