20 Contoh Puisi tentang Alam yang Sarat Makna

20 Contoh Puisi tentang Alam yang Sarat Makna

20 Contoh Puisi tentang Alam yang Sarat Makna

Mengekspresikan kekaguman terhadap indahnya alam bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya menuangkannya dalam bentuk puisi. Yuk, baca kumpulan puisi tentang alam berikut ini!

Property People, mengungkapkan rasa cinta pada alam umumnya dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat eksotis.

Selain itu, ada pula yang ikut langsung terlibat atau bermukim di tempat tertentu.

Namun, wujud cinta itu bisa pula dilakukan dengan menulis puisi tentang alam.

Rangkaian kata dijahit sedemikian rupa sehingga memiliki makna mendalam.

Untuk kamu ketahui, puisi adalah bentuk dari karya sastra yang berisi ungkapan dan perasaan, entah itu rasa sedih, gelisah, marah, hingga kekaguman.

Jika kamu termasuk orang yang ingin memulai belajar membuat puisi pendek tentang alam, Indonesia akan memberikan beberapa contohnya.

Berikut adalah puisi-puisi terkait lingkungan dan alam yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.

Kumpulan Puisi tentang Alam

1. Keindahan Alam Ini

Betapa indahnya negeri ini
Laut yang berombak ombak
Lereng yang bertingkat-tingkat
Angin berembus sepoi-sepoi

Berdiri aku di tepi pantai
Di bawah langit yang membentang
Merasakan negeri keindahan
Indonesia yang ku sayang

Indonesia Negeri Khatulistiwa
Beribu nikmat di dalamnya
Pemberian dari Tuhan yang Maha Esa
Agar bersyukur kita kepada-Nya

2. Keramahan Alam

Bila datang ke negeriku
Kan disambut dengan alam yang hijau
Dengan gunung yang menjulang
Dan ombak yang berderai di lautan

Burung-burung akan bernyanyi
Bersiulan sepanjang pagi
Riangnya tiada pernah berhenti
Memuji robbul izzati

Bila datang ke negeriku
Kan kau lihat sungai mengalir
Angin-angin bersemilir
Bungaa mekar beribu-ribu

3. Pesona Alam Hijau

Terperosok pada hamparan hijau
Menggantung pada nuansa manja ilalang
Tunggu! Akan ku hirup perlahan aroma rumput ini
Sebab, ku tau inilah ciptaan Tuhan yang harus kita nikmati

Jauh di ufuk kehijauan
Dengan dasar coklat yang menyatu pada komponen penting
Berbasis kesuburan, yang terikat pada keindahan tanaman liar
Sebut saja bunga
Bunga menjadikan sepasang aksa siap meraih

Sentuhan halus jemari mungil
Siap mengabadikan momen kemekarannya
Bidikan-bidikan kecil siap menjadikan momen indah untuk dikenang
Sebagai hal ciptaan Tuhan yang terindah

4. Senja, Keindahan yang Tidak Terganti

Siang mulai berganti
Warna langit pun berubah menjadi jingga
Burung silih berganti terbang di tengah warna jingga yang kian melebur di langit
Siapa saja yang melihatnya, akan takjub dibuatnya
Waktu terus berlari
Warna jingga pun terkikis secara perlahan

5. Sawah

Sawah di bawah emas padu
Padi melambai, melali terlukai
Naik suara salung serunai
Sejuk didengar, mendamaikan kalbu

Sungai bersinar, menyilaukan mata
Menyemburkan buih warna pelangi
Anak mandi bersuka hati
Berkejar-kejaran berseru gempita

Langit lazuardi bersih sungguh
Burung elang melayang-layang
Sebatang kara dalam udara
Desik berdesik daun buluh
Dibuai angin dengan sayang
Ayam berkokok sayup udara

6. Sabda Bumi

Belum tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit

Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi

7. Alam Tepian Pantai

Gelombang air menari-nari di tepian pantai
Menyapa pasir yang dimainkan bocah-bocah pantai
Gerombolan camar berterbangan di atas ombak
Berharap ikan segar tersambar di paruh-paruh mereka

Gelombang ombak tepian pantai mengusap kedua mata kaki
Terasa dingin merasa hingga ke relung dada
Ikan-ikan kecil genit menggigit telapak kaki
Menambah perasaan suka berada di alam indah ini

Kupandangi jauh di ufuk benang kemerahan
Terasa indah dipandang mata
Kurasa sinar mentari indah inilah
Yang menyatukan langit biru
Dan laut dengan hamparan luasnya

Ya Tuhan
Perkenankan kami untuk menikmati indah alam-Mu
Beberapa kali lagi
Sebelum raga berada di ujung lubang tanah
Perkenankan kami menjaga alam indah-Mu ini
Agar lestari hingga ke akhir masa

8. Lautan Bumi Pertiwi

Terbentang luas alam negeriku
Puisi tentang alam ini kuberikan hanya untukmu
Semilir angin di pesisir laut

Menyadarkan arti sebuah keanekaragaman
Rimpuh… kisahmu kini
Nestapa yang kian membuncah
Sadar bahwa usiamu kini sudah menua

Tapi hasrat… kau selalu digenggam
Pohon, danau, laut mulai mengobarkan industri alam yang baru
Mengisi cinta pada perolehan yang kelak tidak menjadi kekal
Nabastala berkata

Bahwa bumi ini akan menjadi bumi yang kekal dan abadi
Dengan pancaran indah pesona sang Ilahi

9. Alamku Sahabatku

Alamku adalah sahabatku
Tempat aku berdiam dan tinggal
Dia telah banyak memberikan
Apa yang aku butuhkan

Dengan hujannya dia mencurahkan
Segenap air yang kami butuhkan
Dengan pepohonan yang dia tumbuhkan
Kami menghirup kesegaran

Dengan lautan yang dihamparkan
Kami berlayar mencari ikan
Dengan gunung-gunung menjulang
Kami buat persawahan

Dengan alam Tuhan memberikan
Segalanya yang manusia butuhkan
Agar mereka bersyukur
Jangan sampai manusia kufur

Kepada-Nya kita bersujud
Merendahkan diri ini
Menjadi hamba yang mengerti
Keagungan Ilahi Robbi

10. Pancuran 7 Abadi

Karya: Dede Aditnya Saputra

Desir angin sepoi menghembus perlahan
Bersama nyanyian burung di pucuk dahan
Airmu menari-nari dalam nestapa
Mencairkan luka oleh karena cinta

Tercium bau yang harum menawan
Bau harum airmu memecahkan qalbu buana
Tahukah kau akan qalbu buana itu?
Yaitu qalbu yang dirundung duka dan nestapa

Oh… nirwana puncak Gunung Slamet
Kaulah tempat kami mengingat sang Kuasa
Melepaskan jiwa yang bermuram durja
Dan merenungkan masa jaya

Selain air terjunmu yang menawan
Terdapat mata air panas yang bersahaja
Membuat kita bersatu dengan malam
Apalagi malam Jumat orang Jawa

Teruslah abadi kau Pancuran ketujuh
Bersama keenam Pancuran di bawah sana
Pancarkan sinar keemasan dalam airmu!
Untuk melupakan rasa sendu yang menggebu

11. Hutan Karet

Karya: Joko Pinurbo

Daun-daun karet berserakan
Berserakan di hamparan waktu

Suara monyet di dahan-dahan
Suara kalong menghalau petang

Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan
Berloncatan di semak-semak rindu

Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
Membelit kenangan terjal

Sesaat sebelum surya berlalu
Masih kudengar suara bedug bertalu-talu

12. Inilah Tanah Airku

Di tepi pantai angin berdesir
Kicauan merdu suara burung terdengar saling bersahutan
Rumput-rumput dibasahi oleh embun pagi
Inilah tanah airku

Hijaunya hamparan sawah
Tingginya gunung yang menjulang
Serta rakyatnya yang aman dan makmur
Inilah tanah airku

Jagalah dan rawatlah ia selalu
Karena di sanalah aku dilahirkan serta dibesarkan
Dan di sana pulalah aku akan menutup mata
Oh, tanah airku, itulah Indonesia.

13. Desaku yang Permai

Hamparan sawah mulai menguning
Mentari disambut oleh sang pagi
Sahutan ayam saling berkokok
Para petani pun sudah bersiap untuk pergi ke sawah

Padi-padi yang berwarna hijau
Sudah siap untuk dipanen
Para petani pun hatinya bersuka ria
Mereka beramai-ramai memotong padi

Gemercik air di sungai
Terlihat sangat bening
Bak sebuah zamrud khatulistiwa
Itulah alamku, desa yang permai

14. Derai Cemara Udang

Di sela-sela gerimis, angin pantai berembus
Sejenak, aku pun berteduh di bawah pohon cemara udang
Aku pun mulai lenyap ke arah gubuk bambu yang reot
Gubuk yang tanpa atap berada di tepi jalan itu

Pada puisi senja ini
Tiada lagi yang romantis
Karena pantai ini telah sepi
Hanya ada derai cemara udang saja
Dengan rintik gerimisnya yang tak kunjung reda

15. Tempat Berpijak

Mataku terbuka
Dengan alam manja menyapa
Tumbuhan subur
Memberi kenyamanan jiwa
Pohon pohon berseri

Di sudut pulau
Di seberang sana
Hewan dan tumbuhan saling bercengkerama
Rotasi perputaran hidup yang damai
Senang
Lepas dan damai

16. Kemana Perginya Alam Lestari

Dulu sering kulihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biru
Kiri kanan sawah, tengahnya sungai
Di antara gunung matahari terbit malu-malu

Namun sekarang kemana?
Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
kini tanahku berwarna abu
Lama kucari tanah becekku

Tapi kenapa sekarang tak nampak?
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan

Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh
Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu
Mengapa bisa begitu?

Sering banjir, sering longsor
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Padahal dahulu tidak begitu
Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu

Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Menanggung pilu sambil tertatih
Anak-anaknya nakal semua
Biar dimarahi tapi tak pernah jera

17. Permainya Desaku

Sawah mulai menguning
Mentari menyambut datangnya pagi
Ayam berkokok bersahutan
Petani bersiap hendak ke sawah

Padi yang hijau siap untuk dipanen
Petani bersuka ria beramai-ramai memotong padi
Gemercik air sungai begitu beningnya
Bagaikan zamrud khatulistiwa

Itulah alam desaku yang permai

18. Alam di Lembah Semesta

Angin dingin kelam berderik
Kabut putih menghapus mentari
Tegak cahayanya menusuk citra
Pahatan gunung memecah langit
Berselimut awan beralas zamrud

Tinggi… Tajam…
Sejak waktu tidak beranjak
Di sanalah sanubari berdetak
Sunyi sepi tak beriak

Cermin ilusi di atas danau
Menikung pohon yang melambai warna
Di celah kaki-kaki menjejak karya-Nya

Di manakan aku berada?
Di mana jiwa tak mengingat rumah
Di saat hidup serasa sempurna

Sungguh jelita permadani ini
Tebarkan pesona di atas cakrawala
Tak berujung di pandang lamanya
Serasa bertualang di negeri tak bertuan alam

19. Petani Desa

Kumpulan orang-orang desa mencangkul
Memetak-metak sawah
Irigasinya digunakan sebagai permainan bocah-bocah di sana
Semua riang tanpa beban

Air di sungai gemericik terasa syahdu
Mengiringi burung burung bersenandung
Gurauan petani dan bocah-bocah polos
Bertelanjang kaki bersama alam
Merasakan nuansa
Harmoni

20. Global Warming

Oleh: Dhimas Mega Putra

Makin canggih peradaban teknologi
Makin banyak terdapat polusi
Kini pemanasan global terjadi
Di seluruh bagian bumi ini

Manusia tak sadar perbuatannya
Yang merusak lingkungannya
Hewan dan tumbuhan juga merasa
Lingkungannya dirusak manusia

Panas menyengat kulit manusia
Bencana terjadi di mana-mana
Semoga saja semua manusia
Takkan lagi merusak lingkungannya

***

Itulah sederet contoh puisi pendek tentang alam, Property People.

Semoga informasi di atas bermanfaat, ya.

Yuk, baca ragam informasi menarik hanya di https://www.memefloristbali.com/.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *